Kamis, Desember 04, 2008

APAKAH YEHEZKIEL 38 AKAN SEGERA DIGENAPI DI GENERASI KITA ?


Saat ini berita tentang ketegangan kawasan Timur Tengah mulai tertutupi oleh berita gelombang besar krisis ekonomi yang sangat mengkawatirkan banyak pemerintah di bumi ini. Akan tetapi kita janganlah lengah bahwa kita juga harus tetap waspada berjaga-jaga dengan membaca tanda zaman yang ada di hadapan kita.

Entah kenapa pagi ini ketika saya mempersiapkan untuk mempersiapkan diri untuk menulis lanjutan ANCIENT FORMULA part two, saya mendapat dorongan kuat dalam hati saya, untuk segera mengamati perkembangan Rusia, Israel dan beberapa negara yang akan terlibat dalam peperangan besar yang sudah di nubuatkan di dalam Yehezkiel 38.
Saya mulai mengamati banyak hal di dalam Alkitab dan Berita-berita yang tersiar di Internet tentang negara-negara tersebut.

Sebagai info berikut daftar nama negara-negara modern yang akan menggenapi nubutan tersebut. Negara-negara itu adalah : Rusia [GOG Magog], Iran, Turki, Ethiopia, Libia, serta beberapa negara timur tengah yang sering menguntungkan Russia dengan perdagangan senjatanya, yaitu Suriah, Iran, dan Palestina. Dan kesemua negara tersebut memiliki sejarah hubungan yang buruk dengan israel hingga hari ini.

Saya harap anda mulai membaca lagi Yehezkiel 38, dan mulai membandingkan dengan fakta yang ada di zaman ini.

Berikut data berita yang dapat anda jadikan referensi :



http://international.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/11/21/18/166277/iran-punya-material-senjata-nuklir/iran-punya-material-senjata-nuklir

Iran Punya Material Senjata Nuklir

Jum'at, 21 November 2008 - 08:49 wib

Pembangkit energi nuklir Iran di Bushehr/Yale Global

NEW YORK - Iran telah memproduksi cukup bahan baku nuklir untuk membuat satu bom atom. Dugaan itu diungkapkan sejumlah pakar nuklir berdasarkan laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kemarin.

Jumlah detail perkembangan kemampuan produksi Iran termuat dalam laporan terbaru IAEA pada Rabu (19/11) berdasarkan pengawasan di pembangkit listrik tenaga nuklir utama di Iran, Natanz. Laporan itu menyimpulkan bahwa paling cepat bulan ini, Iran telah membuat 630 kg uranium kadar rendah.

Pakar nuklir memperingatkan bahwa pencapaian Iran saat ini merupakan simbol karena Iran akan melakukan langkah selanjutnya. Menurut pakar nuklir, Iran tidak hanya ingin melanggar kesepakatan internasional dan mengusir pengawas IAEA, tetapi juga melakukan pemurnian lebih lanjut pada uranium kadar rendah itu dan memasukkannya ke sebuah hulu ledak nuklir.

Menurut pakar dari Barat, Iran saat ini belum memiliki teknologi tinggi untuk memasukkan nuklir ke dalam hulu ledak. "Mereka jelas memiliki cukup bahan baku untuk sebuah bom. Mereka kini tahu cara melakukan pengayaan uranium. Apakah mereka tahu bagaimana mendesain sebuah bom, tentu saja itu masalah lain," papar Richard L Garwin, pakar fisika nuklir yang membantu menciptakan bom hidrogen dan menjadi penasihat Washington selama beberapa dekade.

Iran terus menyangkal tuduhan Barat, terutama Amerika Serikat (AS), bahwa Republik Islam itu ingin membuat bom nuklir. Teheran menekankan bahwa mereka hanya ingin memakai uranium itu untuk bahan baku reaktor untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Sejumlah pejabat Iran mengancam melarang pengawas IAEA di masa lalu.

Sementara pemerintahan Presiden AS George W Bush dan IAEA yakin bahwa Iran akan terus bertahan dengan ambisinya hingga memiliki uranium yang cukup. Badan intelijen Amerika menyatakan, Iran dapat membuat sebuah bom nuklir antara 2009 dan 2015. Teheran sendiri menyatakan bahwa pada 2003, Iran telah menghentikan aktivitas pembuatan senjata nuklir.


http://www.eramuslim.com/berita/dunia/menhan-israel-rusia-dalang-ketegangan-israel-dan-suriah.htm

Menhan Israel: Rusia Dalang Ketegangan Israel dan Suriah



Rusia diyakini berada di balik memanasnya suhu politik antara Suriah dengan Israel. “Sebab itu Rusia harus bertanggungjawab penuh atas ketegangan politik antara Israel dengan Suriah yang terjadi sejak musim panas lalu, ” ujar Kepala Biro Keamanan Diplomatik dan Menteri Pertahanan Israel, Jenderal (Purn). Amos Gilad, Rabu (29/8) yang dimuat oleh Jerusalem Post.

Dalam wawancara dengan sebuah stasiun radio militer, Gilad menyatakan salah satu hal yang membuat memuncaknya suhu politik kedua belah pihak adalah pembelian sejumlah meriam anti pesawat terbang oleh Suriah dari Rusia.

"Kami juga mendengar bahwa Rusia mencoba meyakinkan Suriah bahwa Israel sudah dalam kondisi siap memulai peperangan dengan Suriah. Ini tentu saja tidak benar, ” kilah Gilad. "Saya berpikir bahwa ketegangan ini harusnya dihentikan. Suriah jangan pernah berpikir untuk menyerang Israel dan Israel pun tidak pernah mengagendakan untuk memulai menyerang Suriah. ”

Terkait dengan pernyataan Gilad yang juga di muat di Harian Israel, Ma'ariv, jajaran diplomat dan pejabat keamanan di Kremlin diberitakan menolak anggapan tersebut. Namun mereka tidak menolak jika dikatakan bahwa dari pembelian persenjataan yang dilakukan Suriah dari Rusia, negeri Beruang Merah ini menuai keuntungan yang lumayan. “Selama ini salah satu konsumen terbesar kita memang Suriah, ” demikian pernyataan salah seorang pejabat Kremlin.(Rizki)

http://hariansib.com/2008/06/11/iran-ancam-berikan-balasan-menyakitkan-jika-israel-menyerang/

Iran Ancam Berikan Balasan Menyakitkan Jika Israel Menyerang

Posted in Luar Negeri by Redaksi on Juni 11th, 2008

Teheran (SIB)
Pernyataan keras salah seorang pejabat tinggi Israel yang menyatakan akan menyerang Iran jika negara Mullah itu tidak segera menghentikan program pengayaan nuklirnya mendapat balasan tidak kalah kerasnya dari Teheran. Menteri Luar Negeri Iran Mostafa Mohammad Najjar seperti dikutip sebuah harian negara dan dilansir Reuters, Selasa (10/6), memperingatkan Israel akan mendapat “balasan menyakitkan” jika negara Yahudi itu melancarkan serangan militer atas Iran.

Seperti diberitakan, Menteri Transportasi dan Wakil Perdana Menteri Shaul Mofas kepada harian Israel mengatakan penyerangan terhadap Iran kelihatannya “tidak bisa terhindarkan” menyusul kegagalan sanksi-sanksi PBB mencegah Teheran memiliki tekonologi terkait pembuatan nuklir. Saat disinggung akan komentar Mofas, Najjar menjawab: “Angkatan bersenjata kami dalam siaga tinggi dan siapapun yang ingin melakukan serangan akan mendapat balasan yang sangat menyakitkan.”Beberapa pengamat politik Israel telah menuduh Mofaz membuat komentar itu hanya demi tujuan ambisi politik pribadinya. Lebih lanjut Najjar mengatakan para pejabat Israel menyatakan klaim itu bodoh.

Israel, satu-satunya negara di Timur Tengah yang diyakini memiliki senjata nuklir, pernah membom reaktor nuklir Irak tahun 1981. Banyak pengamat independen mengatakan situs-situs nuklir Iran letaknya terlalu jauh untuk diserang Israel. Iran, yang Presiden Mahmoud Ahmadinejad dua kali menyerukan penghapusan Israel dari peta dunia, telah mengancam akan menyerang balik dengan menyerang Israel dan pangkalan-pangkalan militer AS di Teluk.

Kecam Komentar Wakil PM Israel Sementara itu, kementerian luar negeri Rusia Senin mengecam keras dan mengancam atas komentar-komentar anti-Iran yang dilontarkan oleh Wakil Perdana Zionist Israel, Shaul Mofaz, dan mengatakan bahwa komentar-komentar mereka ‘tak bisa diterima.’ Kecaman kementerian luar negeri Rusia dikeluarkan dalam bentuk komunike menjawab pertanyaan yang dilakukan oleh kantor berita Interfax, menyangkut dampak ancaman-ancamannya terhadap Iran mengenai penyelesaian masalah nuklir Iran oleh Kelompok 5+1.

Dalam tanggapan tertulisnya, Kemlu Rusia mengatakan ‘komentar-komentar seperti itu, bahkan jika hal itu dibuat atas nama seseorang, harusnya tidak dilakukan oleh negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mestinya patuh terhadap pasal-pasal Piagam PBB, yang dipatuhi oleh seluruh anggota PBB.’

Komunike kementerian luar negeri Rusia dibuat berdasarkan rujukan perkembangan hasil-hasil survei mengenai program nuklir Iran, yang menandaskan bahwa ‘Badan Tenaga Atom Internasional telah berulangkali menyebut bahwa Iran tak pernah menyimpang dari kegiatan nuklir untuk keperluan damai, dalam program nuklir Iran.’
Komunike menambahkan, bahwa ‘Rusia, bersama dengan para anggota Kelompok 5+1 lainnya, termasuk Amerika Serikat, berupaya untuk mendapatkan strategi yang bisa diterima guna memecahkan sengketa mengenai program nuklir Iran itu.’
Komunike menekankan bahwa pemecahan sengketa hendaknya menyisihkan tindakan-tindakan militer, yang tak bisa diterima, manakala semua pihak perlu mengingat bahwa langkah-langkah demikian bisa menimbulkan bencana bagi stabilitas kawasan. (Ant/IRNA/Rtr/WH/g)



http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Editorial&id=145317


Jumat, 2 November 2007

Mendekat ke Rusia, Imbangi Supremasi AS

Iran kian mesra dengan Rusia. Pertengahan Oktober lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Teheran. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyusul mengunjungi negeri Persia tersebut. Saling mendekatnya Teheran-Moskow itu memperlihatkan babak baru perkembangan geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur.

Di tengah AS dan Eropa Barat menekan Iran dengan isu utama soal tudingan memproduksi senjata nuklir -dan menekan PBB agar memberikan sanksi kepada Iran- Rusia justru menentangnya. Rusia sesungguhnya turut menentang produksi senjata pemusnah itu, tetapi tidak setuju jika harus berakhir dengan sanksi. Rusia justru melindungi Iran. Sanksi bukanlah solusi. Lagi pula, belum ditemukan bukti konkret bahwa Iran memang nyata-nyata memproduksi nuklir untuk persenjataan perang.

Lebih dari itu, manuver politik Iran-Rusia yang saling mendekat tersebut memberikan perspektif lain. Dalam hal ini, kedekatan kedua negara itu diharapkan melahirkan keseimbangan baru dalam geopolitik global. Selama ini geopolitik global cenderung stagnan. Dalam stagnasi itu, yang berperan sebagai pengendali ialah Amerika yang menjadi penguasa dunia. Menjadi kekuatan tunggal.

Akibatnya, Washington menjalankan politik supremasi yang hegemonik. Tidak ada kekuatan yang mampu menandingi. Juga tidak ada negara yang dapat membangun blok atau kubu politik yang dapat mengimbangi supremasi hegemonik Amerika.

Di masa lalu, ketika politik dunia terbelah menjadi kekuatan Blok Barat dan Blok Timur dengan Amerika sebagai "komandan" Barat dan Uni Soviet -sebelum runtuh dan sebagian bersekutu lagi menjadi Rusia- menjadi "komandan" Timur, panggung politik global terasa lebih dinamis.

Meskipun dunia "terancam" konflik global dengan Barat dan Timur saling berhadapan, percaturan politik internasional relatif stabil. Saling ancam antara Blok Barat dan Blok Timur justru membuat keseimbangan dalam pusaran politik dunia.

Kini semuanya serba-Amerika. Paman Sam ini menjadi satu-satunya polisi dunia yang mengontrol keamanan dunia. Konsekuensinya, kekuatan global terpusat ke Washington. Ini tentu tidak adil. Selain itu, hanya ada satu kekuatan yang tidak bisa dikontrol oleh kekuatan lain tersebut dapat menciptakan penyalahgunaan kekuasaan.

Oleh sebab itu, saling mendekatnya Teheran dan Moskow diharapkan dapat menata kembali konfigurasi kekuatan politik internasional. Ada sentra politik baru. Ada poros politik baru meski tidak sekukuh dan sekuat Blok Timur pada masa lalu. Dunia tidak hanya ada satu kekuatan yang amat superior. Tidak hanya ada Amerika sebagai kekuatan supremasi. Tentu saling mendekatnya Iran dan Rusia itu akan lebih kukuh lagi serta dapat menjelma menjadi poros politik tandingan di luar Amerika jika, misalnya, Tiongkok bergabung.

Tiongkok kini menjadi raksasa ekonomi dunia. Itu berarti sangat berpotensi menjadi kekuatan politik pengimbang di luar kubu Amerika. Dengan kata lain, jika Rusia, Iran, dan Tiongkok dapat bersatu menjadi poros politik baru, maka supremasi dan hegemoni Amerika dapat ditandingi. Dengan demikian, Amerika tidak mudah arogan. Ada yang mengimbangi Amerika. Dan oleh sebab itu, diharapkan ada "kiblat" baru kekuatan politik global. Amerika pun tidak main menang sendiri. Tidak main obrak abrik negara lain seperti yang diperlihatkan di Iraq dan Afghanistan. **

JADI ... BAGAIMANA MENURUT PENDAPAT ANDA, APAKAH INI AKAN DIGENAPI DALAM WAKTU DEKAT INI ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar