Sabtu, Desember 27, 2008

ETOS KERJA


BY : REV. JEFFRY HARI MUKTI


Dari zaman ke zaman, pandangan etis-teologis tentang kerja dan harta terus menerus mengalami perubahan berdasarkan pergumulan-pergumulan zaman. Pada zaman gereja awal, pekerjaan dan harta dianggap sebagai sarana untuk melayani Tuhan terutama untuk mengabarkan Injil, sehingga orang tidak segan-segan untuk memberikan hartanya demi pekabaran Injil. Ketika zaman berkembang, dan kekristenan yang teraniaya mengalami kebebasan, bahkan menaklukkan penentangnya dengan kesaksian hidup dan kesetiaannya, terjadi perubahan sudut pandang mengenai dunia kerja, kekayaan dan kekuasaan. Padamulanya gereja berpandangan kekuasaan pemerintah adalah kekuasaan ilahi namun pandangan ini segera berubah dengan dimulainya dengan "pertarungan" antara dua raksasa besar pada masa itu yaitu kekuasaan gereja dan kekuasaan kaisar. Ketegangan antara dua kutub kekuasaan ini didorong oleh tulisan Agustinus yang berjudul de civitate dei (Negara/kota Allah). Dalam tulisannya Agustinus mengatakan akan adanya dua Negara yaitu Negara Allah yang berarti kekuasaan gereja yang kekal dan Negara dunia yang berarti pemerintahan dunia yang akan binasa. Namun kekausaan pemerintahan dunia itu akan bermanfaat dan kekuasaannya kekal jika tunduk dalam pemerintahan gereja. Akhirnya pertarungan itu dimenangkan oleh gereja dan itu berarti babak baru sejarah gereja dimulai, karena gereja berubah menjadi "pemimpin dunia dan pemimpin rohani." Lambang kepausan merupakan simbolisasi dari kekuasaannya.


Bendera-bendera kepausan ini menggambarkan kekuasaannya. Kedua bendera itu memiliki lambang yang sama yaitu topi kepausan yang letaknya di atas gambar. Bendera pertama memiliki gambar 2 kunci. Kunci pertama berwarna emas, dan kunci kedua berwarna perak. Ini melambangkan bahwa gereja memegang kunci kerajaan sorga dan memegang kunci kerajaan dunia. Bendera kedua memiliki symbol dua pedang yang menyilang. Pedang pertama menggambarkan kekuasaan gereja untuk menegakkan hukum ilahi, yaitu menghukum bidat-bidat, dan pedang yang kedua menggambarkan kekuasaan gereja memegang hukum duniawi, yaitu menghukum negara-negara yang menentang kepausan (kekristenan).
Kekuasaan gereja atas segala bidang kehidupan manusia, memunculkan pandangan dualisme yaitu, rohani dan jasmani (pandangan ini memang sudah ada jauh-jauh hari sebelum abad pertengahan tetapi dianut secara resmi menjadi ajaran gereja baru pada abad pertengahan). Bidang-bidang rohani seperti pelayanan gerejawi dianggap sebagai pekerjaan yang lebih tinggi nilainya karena bernilai kekal, sedangkan bidang-bidang duniawi (mencari nafkah dengan pekerjaannya misalnya petani, pedagang, tentara, raja, dll) merupakan pekerjaan yang lebih rendah karena tidak bernilai kekal.
Reformasi gereja merubah cara pandang ini. Tulisan Marthin Luther merupakan pekik pembebasan kuk (padamulanya hanya berpengaruh di negara-negara protestan, lambat laun juga mempengaruhi Negara-negara Katholik). Bukunya yang berjudul seruan kepada pemimpin-pemimpin Jerman berisi ulasan mengenai imamat am orang percaya. Semua orang percaya entah itu bangsawan, petani, pedagang, atau biarawan semuanya adalah rohaniwan/imam Allah. Segala bidang profesi menurut marthin Luther adalah panggilan.
Teologi Calvin bahkan secara tidak langsung menciptakan suatu etos kerja baru yang disebut protestan ethic (Max Webber).1 Pandangan predestinasi Calvin yang semula tidak menjadi ajaran sentral dari Calvin2, tetapi kemudian menjadi ajaran yang dianggap paling penting oleh Calvinisme.
Predestinasi menciptakan etika Protestan yang kemudian menghasilkan spirit kapitalisme dikarenakan keyakinan bahwa orang-orang Kristen percaya bahwa dirinya orang-orang pilihan Allah. Keyakinan akan pilihan itu menuntut bukti. Apa buktinya bahwa dirinya dipilih Allah? Jawabnya adalah berkat. Orang pilihan pasti diberkati dan sukses, oleh karena itu untuk membuktikan bahwa dirinya orang yang diberkati mereka akan berusaha keras, dan mengembangkan usaha. Disamping doktrin predestinasi, doktrin kedaulatan Allah juga memainkan peranan dalam membentuk etos kerja protestan. Pandangan bahwa Allah berdaulat mutlak disemua bidang kehidupan menyebabkan orang-orang protestan meyakini bahwa pekerjaan mereka juga harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Hal ini menciptakan perilaku antara lain:
  1. Etos kerja yang berorientasi kepada prestasi.
  2. Sikap produktif karena kerja memiliki makna teologis.
  3. Penghargaan terhadap waktu.
  4. hidup hemat atau tidak memboroskan penghasilan, tetapi pengahsilan yang ada di orientasikan untk investasi. (karena hidup boros dan berfoya-foya tidak sesuai dengan hidup umat pilihan)
ini berarti dalam dunia kerja menjadi sukses atau untung sebanyak-banyaknya tetapi dengan cara-cara yang benar bukan merupakan dosa malahan merupakan keharusan. Disisi lain, keuntungan yang di dapat tidak dinikmati secara konsumtif, melainkan menjadi modal produksi lagi. Lalu mengapa orang Kristen di Indonesia yang sebagian besar beraliran Calvinis tidak mewarisi etos kerja seperti ini?
Karena di orang Kristen di Indonesia secara teologis mengamini nilai-nilai calvinis, sedangkan untuk etos kerja mengamini system nilai yang lain.
1 Weber bukan teolog juga bukan ahli etika, dia juga tidak terlalu tertarik dengan teoogi atau etika, tetapi dia mengamati bahwa etos kerja Kristen itu dikarena teologi calvin.
2 Calvin tidak menganggap ajaran ini sebagai ajaran sentralnya karena menurutnya masalah predestinasi bukanlah urusan manusia, sehingga manusia tidak mengetahui apakah ia dipilih atau tidak, oleh karena itu orang tetap harus berusaha sekuat-kuatnya untuk percaya dan diselamatkan (Eka Darma Putera)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar