Sabtu, Desember 13, 2008

CROSSROAD [persimpangan jalan]

Sering kali kita di tempatkan pada posisi yang membuat kita harus memilih antara kompromi atau tidak kompromi.

Hampir 7 tahun yang lalu, saya pernah bekerja di sebuah perusahaan Asing, yang sebagaian besar sahamnya di kuasai oleh orang Jepang, disana pada awalnya, saya mengalami kenyamanan bekerja, hingga suatu ketika masa probation saya selesai, dan saya di tempatkan di salah satu propinsi di pulau Jawa ini, saya menemukan banyak sekali pelanggaran administrasi dan pemalsuan-pemalsuan data, yang sudah berlangsung cukup lama. Bak sel kangker yang sudah menjalar hampir kesemua lini di perusahaan tersebut. Saya pikir hal ini hanya terdapat di cabang di mana saya bekerja, tetapi ternyata 60 % cabang besar di berbagai propinsi melakukan tindakan yang sama.

Ketika mengawali masuk ke cabang tersebut, saya kebingungan bahkan mulai terseret arus, saya mulai berkompromi dengan Branch Manager saya dalam pelanggaran administrasi keuangan serta pemalsuan dokumen-dokumen penjualan. karena pelanggaran ini dilakukan oleh seluruh team cabang maka,...saya mulai ketakutan dan kawatir dengan provokasi-provokasi mereka, seperti akan di kucilkan, akan di beri penilaian buruk oleh atasan, dll, yang mengancam posisi saya di sana. Akhirnya setelah satu tahun bergumul, saya memberanikan diri untuk resign, karena saya memilih untuk tetap berdiri pada jalur tidak kompromi dengan pelanggaran tersebut. Yach ...sekalipun saya harus di caci maki sana-sini, termasuk keluarga besar yang mengangap saya orang bodoh.

Saya teringat dengan kisah pribadi saya di atas, ketika saya merenungkan Mazmur 1 : 1. Di sana saya menemukan tiga fase dalam ber kompromi, yaitu :

BERJALAN : Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,

Kata berjalan, di dalam bahasa aslinya memiliki definisi "melakukan" dalam artian bertingkah laku, jadi pada fase ini kita di anggap sudah kompromi dengan ke fasikan ketika kita mulai mengerjakan, atau memiliki sikap tingkah laku seperti orang fasik, sekalipun itu kita beralasan hanya melakuan prosentase yang kecil dari tindakan kefasikan.

BERDIRI : yang tidak berdiri di jalan orang berdosa

Kata berdiri, menggambarkan keberpihakan, atau menyetujui tindakan dosa, termasuk disini ketika kita membiarkan orang melakukan tindakan dosa, maka hal tersebut juga sudah termasuk di dalam "keperpihakan" tersebut.

DUDUK : dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

Dalam bahasa aslinya kata duduk, memiliki definisi "tempat tinggal, atau habitat", jadi tingkatan ini menunjukan bahwa kita memiliki habitat atau warna pola kehidupan kita adalah dosa, atau ke fasikan.


Pertama-tama mungkin kita mencoba-coba untuk melakukannya, karena tidak enak dengan teman, atasan, atau bahkan keluarga alam hal kefasikan ini, lambat laun anda akan terkontaminasi dan mulai menyetujui atau meng aminkan tindakan tersebut, dan semuanya itu berujung kepada berubahnya karakter kita dari benar menjadi fasik.

Banyak ayat di dalam Alkitab yang memperingatkan kita akan hal ini. Salah satunya adalah :

Amsal 13 : 20 :

TB :
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang

MESSAGE :
Become wise by walking with the wise; hang out with fools and watch your life fall to pieces.

FAYH :
Pergaulan dengan orang bijaksana membuat orang menjadi bijaksana, pergaulan dengan orang jahat membuat orang menjadi jahat.


Kesimpulannya adalah, ketika anda berdiri pada persimpangan jalan dalam kehidupan anda untuk memilih jalan dosa atau jalan yang benar, maka anda harus menyadari bahwa TIDAK ada area abu-abu di dalam kehidupan kita bersama TUHAN, dan setiap pilihan membawa konsekwensi masing-masing, karena itu anda harus memilih hidup seperti apa yang anda mau, dalam kebenaran atau dalam kesesatan. Memilih berjalan dalam Kesesatan maka KEHANCURAN yang akan anda alami, dan KEBAHAGIAAN bagi yang memilih jaan kebenaran. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar