tulisan dari salah satu anggota gank 4 movement
Rev. Jeffry Harimurti
2 Raja-raja 5:1-3
Menjadi budak? Pernahkah Anda memimpikannya? Membayangkannya pun kita tidak akan sanggup, sebab budak adalah posisi yang sangat terhina. Tidak dianggap manusia. tetapi dianggap sebagai hewan peliharaan. Puji Tuhan zaman sekarang sudah tidak ada lagi perbudakan. Pada waktu yang lampau jika ada budak yang berbuat onar dan merugikan orang lain, orang yang dirugikan tidak memukul atau membunuh budak itu, tetapi menuntut orang yang empunya budak untuk mengganti rugi. Ia tidak menuntut sang budak karena sang budak dianggap seperti ternak. Tuannya lah yang bertanggung jawab atas segala kerusakan, dan tuannya bebas memperlakukan budak ini semau-maunya, termasuk mengambil nyawanya.
Jika Anda tidak pernah memimpikannya dan tidak menginginkannya, demikian juga gadis ini. Tidak pernah ada dalam bayangannya ia akan menjadi budak. Yang diinginkannya mungkin seperti remaja-remaja yang lain yang ingin memiliki keceriaan dan merasakan kesenangan masa remaja. Tetapi seringkali antara impian dan kenyataan sangat jauh berbeda. Dan tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi pada hari esok.
Nyatanya gadis ini kemudian menjadi budak. Dia kehilangan keceriaan masa remajanya. Karena apa? Karena pada suatu hari desanya diserbu oleh gerombolan tentara aram yang dipimpin oleh prajurit gagah perkasa yang bernama Naaman. Penduduknya dijarah, dan banyak yang dibunuh. Yang selamat dari pembantaian juga belum tentu mengalami nasib yang baik, banyak yang diperbudak termasuk gadis kecil ini. Pada waktu itu mungkin dia sedang di dapur memasak bagi orang tua dan saudara-saudaranya, atau mungkin sedang mencuci. Mungkin sambil menyanyi-nyanyi kecil dengan riang gembira. Tetapi kegembiraannya itu tiba-tiba dipecahkan oleh suara derap kuda dan teriakan-teriakan kemarahan serta jeritan-jeritan orang-orang yang terluka. Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba pintu rumahnya didobrak oleh seseorang berwajah garang yang mau menangkap dirinya. Ia mencoba berlari tetapi penyerangnya itu lebih cepat dari dirinya. Sebisa mungkin ia berteriak minta tolong tetapi tidak ada satu orang pun yang menolongnya sebab semua penduduk desanya sibuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ia kemudian mencoba melawan sekuat tenaga tetapi apalah artinya kekuatan gadis kecil dihadapan seorang prajurit gagah perkasa. Sebuah pukulan melayang diwajahnya membuat dia tersungkur dengan darah mengalir dari bibirnya yang pecah. Prajurit itu segera mengikat dan menyeretnya sebagai tawanan yang akan diperbudak. Dia hanya bisa menurut dan mengangis tetapi tidak ada yang iba padanya. Dari sudut matanya dilihatnya orang tua dan saudara-saudaranya tergeletak bersimbah darah, entah masih hidup atau sudah mati. Dia hanya bisa menangis dan menyesali nasibnya. Terbayang penderitaan dan penghinaan yang bakal menimpa dirinya. Menjadi budak! Diperbudak oleh orang yang sudah menghancurkan desanya dan memisahkan dia dari keluarganya, bahkan membunuh orang tuanya. Secara manusia hatinya penuh dengan amarah atas segala penderitaan yang dialaminya kepada tuannya. Tetapi ia tidak berdaya. Ia hanya bisa bekerja melayani orang yang sudah menyengsarakan hidupnya.
Suatu hari ia mendengar tuannya sakit. Sakit KUSTA! Sakit yang dianggap sebagai kutukan karena dosa. Gadis ini punya alasan untuk gembira dan berkata dalam hati "sukurin! Kamu sudah menyengsarakan aku sekarang kamu sakit yang tidak bisa sembuh, dan terhina". Atau berpikir "akhirnya Tuhan membalas, membela aku, setelah engkau memisahkann aku dari keluargaku, dan memperbudak aku" dengan nada gembira. Tetapi gadis ini lain. Setelah dirinya sendiri mengalami derita bukan saja ia mampu mengampuni dengan total, tetapi juga mampu mengasihi. Mengasihi dengan apa yang terbaik yang ia bisa lakukan pada orang yang sudah menyakitinya. Ia memberitahukan jalan yang tepat agar tuannya sembuh, dan akhirnya tuannya ketika menuruti saran dari sang gadis menjadi sembuh. Bukan hanya kesembuhan fisik, tetapi justru kesembuhan rohani, keselamatan. Penderitaan yang dialaminya rupanya memampukan dia untuk memahami penderitaan orang lain, sehingga hatinya digerakkan oeh belas untuk menolong, meskipun orang itu yang menyebabkan penderitaan. Bukankah hal ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap kita? bukankah kita saban hari menyakiti hatinya, memahitkan-Nya? Tetapi Yesus mau mati bagi kita, karena belas kasihan-Nya. Apa untungnya dari kematiannya, Dia tidak diuntungkan sama sekali, kitalah yang diuntungkan.
Penderitaan Tuhan izinkan memang untuk membentuk karakter kita. Tuhan tidak sedang iseng membiarkan kita masuk dalam situasi yang tidak mengenakkan, menyakitkan memahitkan hati kita, Tuhan punya tujuan yaitu untuk mentransferkan hati Bapa yang penuh dengan belas kasihan terhadap yang menderita. Maukah kita memenuhi maksud Bapa untuk mendidik kita?
Ditengah-tengah perjalanan hidup yang semakin sulit untuk djalani, masihkan kita memiliki rasa iba, empati, atau belas kasihan kepada sesama yang juga sedang menderita, terluka, dan teraniaya, sehingga kita mau berbagi? Atau penderitaan dan kesulitan hidup yang kita jalani mengeraskan hati kita sehingga menjadi semakin egois, dan tidak mau memikirkan sesama yang menderita?
Masihkah ada belas kasihan jika ada seseorang yang dulu pernah menyakitimu, menghancurkan hidup, dan sekarang ia menderita? Gadis kecil ini mampu. Yang sudah dikerjakan Naaman tidak tanggung-tanggung. Menghancurkan desanya, membunuh orang tua dan keluarganya, menganiaya, dan akhirnya memperbudaknya. Tidakkah penderitaan yang diderita gadis kecil ini begitu besar dan menyisakan trauma yang begitu dalam menggores jiwanya. Yang melakukan itu semua tidak lain dan tidak bukan adalah tuannya yang saat ini sedang sakit, sakit yang sangat mengerikan. Kusta! Sungguh, dia adalah seorang gadis yang kuat, jauh lebih kuat dibandingkan kita semua. Kuat menghadapi cobaan hidup, dan kuat dalam iman, dan kasih.
Bagimana dengan kita? ketika ada sesorang menyakitimu dan orang itu sekarang sedang menghadapi persoalan hidup, sedang sakit parah, sedang kesulitan ekonomi, atau sedang menderita entah dengan penderitaan apa saja? Masihkah kita sanggup untuk mengampuni? Melepaskan pengampunan yang tulus tanpa diminta? Tanpa dia harus bersujud meminta ampun padamu? Bukan hanya mengampuni, bahkan mengasihi. Bukan hanya mengasihi dalam hati, atau ucapan bibir yang tidak berarti, tetapi mengasihi dengan tindakan yang terbaik. Itu berarti Anda mengerti kasih yang sudah Yesus berikan pada Anda. Anda menjadi bunga Melati yang indah, di taman Allah.
Saya menanam bunga melati dipekarangan rumah waktu saya masih kecil. Ketika mekar dia memancarkan keharumannya kepada siapa saja. Kepada saya yang merawatnya, sudah pasti. Kepada anak-anak yang sering merusak tangkai-tangkainya ketika sedang bermain-main dengan memukul-mukulkan galah kepadanya. Bahkan kepada orang yang membenci saya pun dia memancarkan keharumannya. Yah, gadis ini seperti melati harum mewangi. Ia memancarkan keharuman sikapnya bahkan kepada orang yang sudah menyakitinya dengan demikian keji. Bahkan keharumannya hingga ke Surga, mengharumkan taman-taman Allah.
Jika Anda tidak pernah memimpikannya dan tidak menginginkannya, demikian juga gadis ini. Tidak pernah ada dalam bayangannya ia akan menjadi budak. Yang diinginkannya mungkin seperti remaja-remaja yang lain yang ingin memiliki keceriaan dan merasakan kesenangan masa remaja. Tetapi seringkali antara impian dan kenyataan sangat jauh berbeda. Dan tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi pada hari esok.
Nyatanya gadis ini kemudian menjadi budak. Dia kehilangan keceriaan masa remajanya. Karena apa? Karena pada suatu hari desanya diserbu oleh gerombolan tentara aram yang dipimpin oleh prajurit gagah perkasa yang bernama Naaman. Penduduknya dijarah, dan banyak yang dibunuh. Yang selamat dari pembantaian juga belum tentu mengalami nasib yang baik, banyak yang diperbudak termasuk gadis kecil ini. Pada waktu itu mungkin dia sedang di dapur memasak bagi orang tua dan saudara-saudaranya, atau mungkin sedang mencuci. Mungkin sambil menyanyi-nyanyi kecil dengan riang gembira. Tetapi kegembiraannya itu tiba-tiba dipecahkan oleh suara derap kuda dan teriakan-teriakan kemarahan serta jeritan-jeritan orang-orang yang terluka. Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba pintu rumahnya didobrak oleh seseorang berwajah garang yang mau menangkap dirinya. Ia mencoba berlari tetapi penyerangnya itu lebih cepat dari dirinya. Sebisa mungkin ia berteriak minta tolong tetapi tidak ada satu orang pun yang menolongnya sebab semua penduduk desanya sibuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ia kemudian mencoba melawan sekuat tenaga tetapi apalah artinya kekuatan gadis kecil dihadapan seorang prajurit gagah perkasa. Sebuah pukulan melayang diwajahnya membuat dia tersungkur dengan darah mengalir dari bibirnya yang pecah. Prajurit itu segera mengikat dan menyeretnya sebagai tawanan yang akan diperbudak. Dia hanya bisa menurut dan mengangis tetapi tidak ada yang iba padanya. Dari sudut matanya dilihatnya orang tua dan saudara-saudaranya tergeletak bersimbah darah, entah masih hidup atau sudah mati. Dia hanya bisa menangis dan menyesali nasibnya. Terbayang penderitaan dan penghinaan yang bakal menimpa dirinya. Menjadi budak! Diperbudak oleh orang yang sudah menghancurkan desanya dan memisahkan dia dari keluarganya, bahkan membunuh orang tuanya. Secara manusia hatinya penuh dengan amarah atas segala penderitaan yang dialaminya kepada tuannya. Tetapi ia tidak berdaya. Ia hanya bisa bekerja melayani orang yang sudah menyengsarakan hidupnya.
Suatu hari ia mendengar tuannya sakit. Sakit KUSTA! Sakit yang dianggap sebagai kutukan karena dosa. Gadis ini punya alasan untuk gembira dan berkata dalam hati "sukurin! Kamu sudah menyengsarakan aku sekarang kamu sakit yang tidak bisa sembuh, dan terhina". Atau berpikir "akhirnya Tuhan membalas, membela aku, setelah engkau memisahkann aku dari keluargaku, dan memperbudak aku" dengan nada gembira. Tetapi gadis ini lain. Setelah dirinya sendiri mengalami derita bukan saja ia mampu mengampuni dengan total, tetapi juga mampu mengasihi. Mengasihi dengan apa yang terbaik yang ia bisa lakukan pada orang yang sudah menyakitinya. Ia memberitahukan jalan yang tepat agar tuannya sembuh, dan akhirnya tuannya ketika menuruti saran dari sang gadis menjadi sembuh. Bukan hanya kesembuhan fisik, tetapi justru kesembuhan rohani, keselamatan. Penderitaan yang dialaminya rupanya memampukan dia untuk memahami penderitaan orang lain, sehingga hatinya digerakkan oeh belas untuk menolong, meskipun orang itu yang menyebabkan penderitaan. Bukankah hal ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap kita? bukankah kita saban hari menyakiti hatinya, memahitkan-Nya? Tetapi Yesus mau mati bagi kita, karena belas kasihan-Nya. Apa untungnya dari kematiannya, Dia tidak diuntungkan sama sekali, kitalah yang diuntungkan.
Penderitaan Tuhan izinkan memang untuk membentuk karakter kita. Tuhan tidak sedang iseng membiarkan kita masuk dalam situasi yang tidak mengenakkan, menyakitkan memahitkan hati kita, Tuhan punya tujuan yaitu untuk mentransferkan hati Bapa yang penuh dengan belas kasihan terhadap yang menderita. Maukah kita memenuhi maksud Bapa untuk mendidik kita?
Ditengah-tengah perjalanan hidup yang semakin sulit untuk djalani, masihkan kita memiliki rasa iba, empati, atau belas kasihan kepada sesama yang juga sedang menderita, terluka, dan teraniaya, sehingga kita mau berbagi? Atau penderitaan dan kesulitan hidup yang kita jalani mengeraskan hati kita sehingga menjadi semakin egois, dan tidak mau memikirkan sesama yang menderita?
Masihkah ada belas kasihan jika ada seseorang yang dulu pernah menyakitimu, menghancurkan hidup, dan sekarang ia menderita? Gadis kecil ini mampu. Yang sudah dikerjakan Naaman tidak tanggung-tanggung. Menghancurkan desanya, membunuh orang tua dan keluarganya, menganiaya, dan akhirnya memperbudaknya. Tidakkah penderitaan yang diderita gadis kecil ini begitu besar dan menyisakan trauma yang begitu dalam menggores jiwanya. Yang melakukan itu semua tidak lain dan tidak bukan adalah tuannya yang saat ini sedang sakit, sakit yang sangat mengerikan. Kusta! Sungguh, dia adalah seorang gadis yang kuat, jauh lebih kuat dibandingkan kita semua. Kuat menghadapi cobaan hidup, dan kuat dalam iman, dan kasih.
Bagimana dengan kita? ketika ada sesorang menyakitimu dan orang itu sekarang sedang menghadapi persoalan hidup, sedang sakit parah, sedang kesulitan ekonomi, atau sedang menderita entah dengan penderitaan apa saja? Masihkah kita sanggup untuk mengampuni? Melepaskan pengampunan yang tulus tanpa diminta? Tanpa dia harus bersujud meminta ampun padamu? Bukan hanya mengampuni, bahkan mengasihi. Bukan hanya mengasihi dalam hati, atau ucapan bibir yang tidak berarti, tetapi mengasihi dengan tindakan yang terbaik. Itu berarti Anda mengerti kasih yang sudah Yesus berikan pada Anda. Anda menjadi bunga Melati yang indah, di taman Allah.
Saya menanam bunga melati dipekarangan rumah waktu saya masih kecil. Ketika mekar dia memancarkan keharumannya kepada siapa saja. Kepada saya yang merawatnya, sudah pasti. Kepada anak-anak yang sering merusak tangkai-tangkainya ketika sedang bermain-main dengan memukul-mukulkan galah kepadanya. Bahkan kepada orang yang membenci saya pun dia memancarkan keharumannya. Yah, gadis ini seperti melati harum mewangi. Ia memancarkan keharuman sikapnya bahkan kepada orang yang sudah menyakitinya dengan demikian keji. Bahkan keharumannya hingga ke Surga, mengharumkan taman-taman Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan memberikan komentar