Sabtu, Desember 06, 2008

Rev. Jeffry H Said ...about Idol

Real Idol


Beberapa waktu yang lalu ketika mulai pemunculan lomba-lomba yang memilih idola di beberapa stasiun televisi, saya sangat terperanjat dengan reaksi kaum muda yang sudah keluar jauh dari logika. Bayangkan demi kemenangan idola mereka, mereka rela membuang banyak pulsa (uang). Apakah keuntungan mereka dengan mengumbar pulsa tersebut? Gejala apakah yang sedang terjadi atas kaum muda generasi ini? Sampai-sampai tindakan mereka di luar rasio sehat.

Saya merenung memikirkan penampakan di mata saya, bagi saya penampakan ini jauh lebih mengerikan dari pada penampakan rekayasa acara misteri di stasiun-stasiun televisi yang juga sedang banyak digemari. Memang sama-sama irasional dan pembodohan, namun pembodohan acara pemilihan idola ini bagi saya jauh lebih mencengangkan. Apa yang sedang terjadi pada kaum muda kita? Bukankah banyak pemuda Kristen yang juga terseret dengan hal ini? Bahkan aktivis gereja atau mahasiswa teologi? Coba bayangkan jika nilai uang yang buat sms itu disumbangkan bagi kegiatan sosial atau yayasan amal atau pundi-pundi bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia, berapa jiwa yang dapat ditolong dari sumbangan itu. Tetapi pulsa yang dibeli dengan uang itu dihambur-hamburkan (tarifnya premium call lagi) untuk sesosok idola yang sesungguhnya tidak ada hubungan apa-apa dengan mereka, dan tidak mampu memberi keuntungan apa-apa bagi mereka. Saudara bukan, tetangga juga bukan. Jika idolanya menang toh idolanya tersebut tidak tahu, tidak kenal siapa orang-orang yang sudah berjasa bagi mereka. Tidak ada keuntungan apa-apa yang mereka dapat. Tetapi jika idola mereka kalah, mereka bisa menangis pilu bagi idolanya, padahal sang idola sendiri meskipun kalah toh dapat honor dan hadiah dari sponsor.

Bukankah uang yang mereka pakai untuk beli pulsa tersebut adalah darah orang tua mereka? Tidak sadarkah mereka bahwa untuk memperoleh setiap rupiah kini para orang tua perlu bekerja keras bahkan rela membuang harga diri dengan sikat sana-sikat sisi (baca korupsi) meski taruhannya hukuman penjara dan neraka.Tetapi mereka tidak peduli, sebab mereka tidak berpikir sampai sejauh itu. Yang mereka perdulikan adalah melampiaskan perasaan. Yah memang manusia-manusia posmodern lebih dikendalikan oleh perasaan bukan akal pikiran yang sehat?

Apa yang mereka dapatkan? Hanya kepuasan sesaat untuk mengisi sementara kekosongan hati mereka. Ya hal itu adalah gejala kekosongan jiwa yang sedang melanda kaum muda di era tekhnologi ini. Kekosongan jiwa ini lagi-lagi dimanfaatkan oleh para kapitalis yang secara jitu membidik pasar demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Mereka dengan kejam mengeksploitasi kelemahan kejiwaan kaum remaja yang dungu itu. Memang sudah hukum rimba yang lemah dimakan yang kuat, yang bodoh dimakan yang pintar, dengan dininabobokan dengan fantasi keindahan, akhirnya ditelan bulat-bulat tanpa kemampuan untuk melawan. Kejiwaan mereka sebenarnya labil, gampang disetir atau diprovokasi untuk melakukan suatu tindakan. Siapakah yang mampu melindungi mereka?

Merupakan tanggungjawab gereja untuk menjawab setiap tantangan zaman. Seperti kata Tuhan Yesus agar umatnya mengerti tanda-tanda zaman. Bukankah ini merupakan kesempatan gereja untuk menjawab tantangan zaman? Secara teologis, hanya Kristuslah yang mampu mengisi kekosongan jiwa seseorang. Secara psikologis kekosongan jiwa itu harus diisi dengan apapun juga. Saatnya untuk menyelamatkan kaum muda generasi kita. Acara pemilihan bintang idola ditelevisi yang begitu menjamur secara tidak langsung menunjukkan kekosongan jiwa yang luar biasa melanda generasi kita. Inilah kesempatan emas untuk mengisi kekosongan jiwa itu. Ladang siap dituai. Gereja harus mengerti tanda-tanda ini agar dapat menuai jiwa-jiwa bagi Kristus. Sudah bukan saatnya lagi khotbah dengan janji yang muluk-muluk tentang berkat kemakmuran, yang tidak relevan bagi masyarakat kita yang sudah dilanda kapitalisme dan spirit hedonisme. Khotbah-khotbah demikian justru memperparah penyakit kejiwaan masyarakat (Kristen) kita.

Gereja perlu memperkenalkan Kristus yang benar yang bisa menjadi idola sesungguhnya yang dapat mengerti permasalahan mereka, mengisi jiwa mereka dengan kasih, dan kedamaian yang sejati. Jika kekosongan jiwa ini diisi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sikap destruktif akan merugikan segenap bangsa dan gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar